Ternyata undang undang tentang hukuman bagi pemburu hewan yang dillindungi masih belum memunculkan efek kapok bagi para pemburu bandel. Terbukti Polisi Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, telah menangkap tiga pemburu atas tuduhan berburu harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Desa Kotagajah Kecamatan Kutambaru. Ketiga tersangka yang terbilang muda ini diketahui merupakan warga Bungaran Dusun Desa Ujung Bandar Kecamatan Bahorok, Sumatera.

Polisi Langkat dan personil dari Otoritas Taman Nasional Gunung Leuser menangkap mereka bersama dengan beberapa bukti yang terdiri dari kulit harimau kering, kantong plastik yang berisi tulang harimau, dan dua sepeda motor yang digunakan untuk menuju spot berburu.

Tingginya harga jual di pasar gelap ditengarai menjadi salah satu faktor terus diburunya Harimau Sumatera ini. Dari pengakuan pelaku, mereka akan menjual kulit harimau di sebuah pasar gelap. 1 Kulit harimau nantinya dapat dijual kisaran Rp 170 juta. Siapa yang tidak gelap mata? Hal ini membuat populasi Harimau di Indonesia tidak lebih dari 200 ekor. Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin populasi Harimau Sumatera akan punah. Meski jumlah kejahatan menurun karena di tahun 2015 ada 15 orang terjerat kasus penangkapan hewan ini dan ditahun ini berkurang yakni 3 orang tertangkap.

Pemburu Ombak berharap dengan penangkapan ini, orang orang akan mengerti bahwa satwa dilindungi ini sangat penting tidak hanya untuk Indonesia tapi dunia. Mirisnya di Indonesia sendiri terutama di pedalaman, orang orang tidak begitu paham mengapa hewan hewan tersebut dilindungi dan bahkan mereka tidak mengerti hukum apa yang akan mereka terima jika melanggar peraturan menangkap hewan langka ini.

Mungkin dari pemerintah sendiri harus melakukan seminar terbuka ke pedalaman pedalaman dan tiap lapisan tentang hal ini agar seluruh lapisan masyarakat mengerti dan tidak ada lagi pemburu maupun pembeli hewan langka.