LIPI TURUT TURUN TANGAN MENYELIDIKI MENGAPA PAUS TERDAMPAR DI MALUKU
Peneliti masih menyelidiki mengapa paus terdampar..
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memastikan bangkai hewan yang terdampar di perairan Maluku adalah mamalia jenis paus. Setelah dilakukan identifikasi, ukuran panjang hewan ini adalah 23,20 meter. Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI, Augy Syahailatua menuturkan bahwa tim peneliti yang dikirim ke lapangan untuk mengobservasi hewan laut itu terdiri dari seorang peneliti dan dua orang teknisi. Mereka adalah Dharma Arif Nugroho (peneliti), La Pay (teknisi), dan Tri Widodo (teknisi).
"Data morfometri tubuh yang terekam adalah panjang tubuh 23,20 meter dan lebar tubuh 6,50 meter," ujar Augy dalam keterangan tertulis.
Selain itu, hewan ini memiliki ukuran panjang sirip dada 2,80 meter, panjang sirip ekor 1,74 meter, dan lebar seluruh sirip ekor 3,33 meter. Sedangkan panjang tulang rahang bawah yang tampak 5,30 meter, dan panjang rahang atas 3,73 meter.
Sedangkan secara visual, ciri karakter morfologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi hewan laut ini adalah sirip ekor, sirip dada, tulang kerangka tubuh, baleen yang terdapat pada rahang atas, guratan pada bagian dada dekat sirip dada.
Namun, jenis paus yang terdampar tersebut cukup sulit untuk diidentifikasi karena bangkai yang tidak utuh lagi. Kesulitan dalam identifikasi ini juga dipengaruhi oleh posisi bangkai dengan bagian perut hingga dada berada di atas, sedangkan bagian punggung dan kepala berada di bawah.
Untuk menentukan jenis paus ini, Augy menuturkan akan menguji sampel DNA yang sudah diambil. "Selanjutnya penentuan jenis paus menunggu hasil uji DNA dari sampel yang telah diambil," imbuhnya.
Untuk penanganan, Augy memberi saran agar menguburkan bangkai paus ini. Jika pemerintah setempat ingin mengoleksi kerangka paus ini, bisa digali di kemudian hari.
Lalu mengapa paus tersebut bisa terdampar?
Dharma Arief, peneliti LIPI yang terlibat dalam pengambilan contoh DNA mengatakan bahwa dugaannya paus ini termasuk famili Balaenopteridae (paus baleen) satu keluarga dengan paus biru hingga paus humpback. "Karena perairan di sana memang masuk jalur migrasi paus-paus itu," katanya.
Perairan Seram Bagian Barat diketahui berada dekat dengan Laut Banda - perairan laut dalam yang cukup sering dijumpai keberadaan mamalia laut berukuran besar sedang hingga kecil. Selain masalah jenisnya, beberapa misteri lain juga belum terjawab. Misalnya tentang sebab paus ini mati dan bagaimana bangkainya terdampar di pesisir.
Dharma Arief hanya bisa menduga. "Kalau misalnya paus itu mati di tengah laut, lama-lama mereka akan tenggelam. Tapi kasus kemarin ini kemungkinan besar karena dia terdorong oleh ombak, angin, terbawa ke pesisir. Karena di Maluku, saat ini sedang musim timur, terdorong dari timur."
"Mengenai penyebab kematian, kemungkinannya diburu Paus Orca (paus pembunuh) atau hiu, atau dia sakit, atau stress. Yang umum itu."
Kasus paus terdampar tidaklah baru dan cukup sering terjadi di Indonesia. Sepuluh tahun lalu di Yogyakarta misalnya, bangkai paus sperma dengan panjang tujuh meter dan berat lima ton terseret ke Pantai Parang Tritis. Pada tahun 2014, bangkai paus juga terdampar di Pulau Bintan.
Khusus untuk paus baleen, data menunjukkan bahwa di perairan Laut Banda juga pernah dilaporkan kasus Paus Baleen terdampar dengan jenis Paus Biru (Balaenoptera musculus) pada bulan Desember tahun 2012.
- EN: