KENDURI LAUT - SEBUAH RITUAL YANG SUDAH DILAKUKAN SEJAK ABAD KE-17
Indonesia kita tahu kaya akan budaya dan ragam tradisi ataupun ritual.
Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi mereka masing-masing yang hampir semua dari ritual-ritual tersebut sangat unik dan patut untuk dilestarikan. Sebagai contoh di Baduy ada tradisi ritual Seba, Ritual Ruwatan Sekerta di masyarakat Jawa, Ritual menggerek Ogoh-ogoh di Bali dan masih banyak ribuan ritual lainnya di Indonesia.
Kali ini kami akan memperkenalkan kepada kamu tentang ritual Kenduri Laut yang dilakukan oleh masyarakat Serdang. Ritual kenduri atau jamu laut ini adalah sebuah ritual yang diadakan apabila terjadi banyak kecelakaan di laut, timbul penyakit di lingkungan masyarakat sekitar atau berkurangnya hasil tangkapan nelayan.
Persoalan tersebut dicermati oleh para tokoh adat dan masyarakat kemudian diputuskan untuk dilakukan ritual kenduri laut. Dalam upacara tersebut memiliki beberapa syarat seperti memotong kerbau yang dagingnya dimasak dan dinikmati bersama masyarakat yang hadir sedangkan bagian kepala, kulit, isi perut dan tulang dijahit kembali seperti sediakala dan di hantarkan ke tengah laut agar biota laut juga ikut menikmati binatang kurban tersebut. Setelah kerbau dihantarkan maka para nelayan tidak boleh mengambil biota laut dalam waktu tiga pasang dan tiga surut air laut, pantangan lain yaitu nelayan tidak boleh buang hajat disisi kiri sampan, tidak boleh membuang apapun kedalam sampan atau pinggir pantai, tidak boleh menjemur baju basah diatas sampan. Jika pantangan ini dilanggar maka dilakukan tindakan atau hukuman sesuai adat yang berlaku di masyarakat Kesultanan Serdang.
Jika kita simak proses dan hal hal yang dilakukan dalam Ritual Kenduri Laut, tentunya prosesi ini mengandung unsur yang sangat positif. Selain melestarikan budaya yang sudah tertanam sejak abad ke -17, ritual ini juga mengajarkan kita untuk berkaca dan selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Sang Maha Pencipta yang membuat lautan. Berkaca untuk tidak melakukan hal-hal negatif seperti merusak lautan dengan membuang plastik sampah, menangkap ikan dengan cara yang salah, ataupun hal-hal lainnya yang bisa merugikan lautan kita.
Upacara ini merupakan tradisi dari Kesultanan Serdang dan masyarakatnya sejak abad ke 17, upacara yang dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas rezeki yang didapat melalui hamparan laut, laut telah menjadi salah satu sumber kehidupan utama bagi masyarakat Serdang yang tinggal di pesisir pantai.
- EN: