Minggu, 06 April 2025 15:35

You Care – Apakah Kamu Peduli?

 

kita harus menghormati. Masuk ke dalam energi tempat itu

 

Kita hidup di zaman yang aneh. Dunia semakin berfokus pada “aku” dan melupakan “kita”. Apakah kita masih peduli satu sama lain?
Mungkin jawabannya ada pada hal-hal kecil. Sebuah catatan dari Bali — antara jalan dan lautan — yang mengajak kita berhenti sejenak dan merenung.

Saya sedang berada di Bali, dan beberapa hari lalu, saya mengalami dua momen sederhana yang membuat saya merenung. Yang pertama terjadi di jalan. Saya sedang naik motor, ketika seorang pria yang sudah cukup tua berhenti di depan saya untuk memberi jalan kepada seorang ibu yang juga naik motor. Tak ada yang istimewa. Tapi apa yang terjadi setelah itu menyentuh saya: setelah ibu itu lewat, pria tersebut menoleh ke belakang, melihat bahwa saya juga berhenti… lalu tersenyum. Dan dengan tatapan tulus dan bahasa Inggeris yang sederhana, dia berkata:

You care.

Hanya dua kata. Tapi di saat itu, dalam konteks itu, kata-kata itu mengandung makna yang dalam. Seolah-olah dia berkata: “Kamu peduli. Dan aku menyadarinya.”

Sebelum saya, tak ada yang berhenti. Hanya saya. Dan dia menghargai itu.

Mungkin terlihat seperti hal kecil. Tapi di tempat ini — di mana keramahan dan rasa hormat masih hidup dalam keseharian — gestur seperti itu sangat berarti. Itu menunjukkan bagaimana masyarakat lokal memperhatikan — dan merasakan — sikap para pendatang. Banyak turis datang ke Bali dan lupa bahwa berkunjung saja tidak cukup: kita harus menghormati. Masuk ke dalam energi tempat itu. Merasakan denyut budayanya. Hanya dengan cara itu kita benar-benar bisa mengalami sebuah tempat.

Sore harinya, di hari yang sama, saya pergi surfing. Ombaknya besar, cukup ramai di air, dan pasangnya sedang tinggi. Tidak mudah menemukan posisi yang pas. Tapi akhirnya saya mendapatkan satu ombak panjang — jenis ombak yang membawa kita masuk ke dalam diri sendiri, yang mengembalikan kita ke keheningan. Saya keluar dari air dengan perasaan penuh — perasaan yang hanya bisa diberikan oleh surfing, sesekali.

Saat berjalan keluar dari pantai, saya bertemu dengan seorang peselancar — sepertinya dari Australia — yang membawa papan yang patah menjadi dua. Saya bertanya:

— Wah, papanmu patah?
— Iya. Kamu sendiri? Dapat ombak bagus?
— Saya dapat satu yang bagus.
— Saya nggak dapat satu pun — jawabnya, sambil tersenyum tulus.

Dan saat itu saya kembali merenung: betapa seringnya kita mengeluh tentang hal-hal kecil. Hidup memberi kita begitu banyak, tapi kita — sibuk dan tak sadar — malah mengeluh. Kita ingin lebih, ingin lebih baik, ingin semuanya sekarang. Dan kita lupa bersyukur.

Dua momen ini, meski berbeda, tapi saling berkaitan. Membuat saya merenung. Tentang berhenti sejenak. Tentang memperhatikan. Tentang menghargai. Tentang menjadi lebih sadar dan lebih bersyukur. Dan, yang paling penting, tentang saling peduli. Karena jika setiap orang mulai melakukan sedikit perubahan — jika setiap orang mulai peduli — mungkin dunia benar-benar bisa berubah. Dan surfing, yang sering kali mengajarkan kita tentang keseimbangan dan rasa hormat, bisa jadi titik awal dari semuanya.

Keesokan paginya, saya bangun lebih awal. Mengikuti intuisi, saya pergi surfing ke spot yang jarang sekali bekerja. Tapi pagi itu, ombaknya sempurna. Bersih, rapi, pecah di tempat yang tepat. Di air, hanya ada sekelompok kecil peselancar — ramah, hangat, saling menghargai. Kami berbagi senyuman, tatapan, dan ombak. Tanpa terburu-buru, tanpa perebutan. Hanya kegembiraan murni.

Dan saya berpikir: ketika kita selaras dengan tempat, dengan orang-orang, dengan energi yang tepat… hidup memberi balasan.

Pada akhirnya, pertanyaannya tetap sederhana: apakah kamu peduli?

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top